SADRANAN
Sebagai Salah Satu Tradisi Masyarakat
di Desa Plawikan Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten
Sadranan atau nyadran merupakan rangkaian kegiatan
keagamaan yang sudah menjadi tradisi oleh masyarakat. Kegiatan ini biasanya
dilaksanakan pada bulan sya’ban (ruwah),
tepatnya menjelang bulan ramadhan. Istilah sadranan itu sendiri berasal dari
kata sadran, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti mengunjungi makam atau tempat keramat pada
bulan ruwah untuk memberikan doa kepada
leluhur (ayah, ibu, dsb) dengan membawa bunga atau sesajian. Tradisi sadranan
ini sebenarnya sudah biasa dilakukan oleh masyarakat di Indonesia, hanya saja
berbeda nama dan penyebutannya. Tradisi sadranan
ini dapat dijumpai di beberapa daerah di Kabupaten Klaten, seperti terlihat di
desa Plawikan, kecamatan Jogonalan ini. Sadranan
di desa Plawikan ini biasa dilakukan pada masing-masing RW dengan hari yang
berbeda. Tradisi sadranan ini
memiliki beberapa rangkaian kegiatan, yakni bersih makam dan tahlilan.
Bersih makam. Kegiatan
bersih makam ini biasanya dilakukan sehari sebelum acara sadranan dimulai. Makam yang harus dibersihkan pada acara bersih
makam ini adalah makam dari leluhur dan keluarga. Kegiatan bersih makam ini biasanya
dilanjutkan dengan bersih desa dan lingkungan sekitar. Hal tersebut dapat terlihat seperti pada
kegiatan yang dilakukan oleh warga RW 09 dengan membersihkan dan pengecatan
pagar di samping jalan menuju makam. Kegiatan yang serupa juga dilakukan oleh
warga di desa Plawikan pada masing-masing RW-nya. Tahlilan. Kegiatan tahlilan pada acara sadranan ini biasanya dilakukan pada malam hari menjelang puncak acara
sadranan. Tujuan dari acara tahlilan ini yakni untuk mengirim doa untuk leluhur
yang sudah meninggal dan doa untuk keselamatan keluarga yang masih hidup.
Setelah bersih makam dan tahlilan selesai dilakukan,
puncak acara kegiatan sadranan ini yakni akan dilakukan pada
esok hari. Banyak berbagai macam cara
yang dilakukan pada puncak acara sadranan
ini ini. Di desa Plawikan, kecamatan Jogonalan, Klaten ini puncak acara
dilakukan menjelang sore hari, tepatnya di dekat makam. Setiap keluarga atau
keluarga besar membawa makanan yang nantinya akan diperebutkan bersama. Makanan
yang dibawa berupa makanan yang sudah masak, entah berupa jajan pasar, buah,
maupun makanan berat. Makanan tersebut nantinya akan diperebutkan oleh sanak
keluarga. Sebelum diperebutkan, makanan tersebut didoakan terlebih dahulu.
Makanan yang diperebutkan tersebut nantinya tidak boleh dibuang karena sudah
dipercaya dan didoakan akan membawa berkah.
Berbagai rangkaian kegiatan tersebut merupakan kegiatan
pokok yang dilakukan pada tradisi sadranan.
Tradisi sadranan juga biasa diselingi dengan kesenian seperti campur sari dan
wayang. Selain bertujuan untuk mengirim doa kepada leluhur, tradisi sadranan ini juga bertujuan untuk
mempererat tali silaturahmi antar warga. Tradisi sadranan ini juga sebagai
ajang untuk berkumpul para kerabat. Kerabat yang jauh tak jarang menyempatkan
pulang untuk mengikuti tradisi ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar