Minggu, 21 Juli 2013

SADRANAN
Sebagai Salah Satu Tradisi Masyarakat
di Desa Plawikan Kecamatan Jogonalan Kabupaten Klaten

Sadranan atau nyadran merupakan rangkaian kegiatan keagamaan yang sudah menjadi tradisi oleh masyarakat. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada bulan sya’ban (ruwah), tepatnya menjelang bulan ramadhan. Istilah sadranan itu sendiri berasal dari kata sadran, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti mengunjungi makam atau tempat keramat pada bulan ruwah untuk memberikan doa kepada leluhur (ayah, ibu, dsb) dengan membawa bunga atau sesajian. Tradisi sadranan ini sebenarnya sudah biasa dilakukan oleh masyarakat di Indonesia, hanya saja berbeda nama dan penyebutannya. Tradisi sadranan ini dapat dijumpai di beberapa daerah di Kabupaten Klaten, seperti terlihat di desa Plawikan, kecamatan Jogonalan ini. Sadranan di desa Plawikan ini biasa dilakukan pada masing-masing RW dengan hari yang berbeda. Tradisi sadranan ini memiliki beberapa rangkaian kegiatan, yakni bersih makam dan tahlilan.
Bersih makam. Kegiatan bersih makam ini biasanya dilakukan sehari sebelum acara sadranan dimulai. Makam yang harus dibersihkan pada acara bersih makam ini adalah makam dari leluhur dan keluarga. Kegiatan bersih makam ini biasanya dilanjutkan dengan bersih desa dan lingkungan sekitar.  Hal tersebut dapat terlihat seperti pada kegiatan yang dilakukan oleh warga RW 09 dengan membersihkan dan pengecatan pagar di samping jalan menuju makam. Kegiatan yang serupa juga dilakukan oleh warga di desa Plawikan pada masing-masing RW-nya. Tahlilan. Kegiatan tahlilan pada acara sadranan ini biasanya dilakukan pada malam hari menjelang puncak acara sadranan. Tujuan dari acara tahlilan ini yakni untuk mengirim doa untuk leluhur yang sudah meninggal dan doa untuk keselamatan keluarga yang masih hidup.
Setelah bersih makam dan tahlilan selesai dilakukan, puncak acara kegiatan  sadranan ini yakni akan dilakukan pada esok hari. Banyak berbagai macam cara yang dilakukan pada puncak acara sadranan ini ini. Di desa Plawikan, kecamatan Jogonalan, Klaten ini puncak acara dilakukan menjelang sore hari, tepatnya di dekat makam. Setiap keluarga atau keluarga besar membawa makanan yang nantinya akan diperebutkan bersama. Makanan yang dibawa berupa makanan yang sudah masak, entah berupa jajan pasar, buah, maupun makanan berat. Makanan tersebut nantinya akan diperebutkan oleh sanak keluarga. Sebelum diperebutkan, makanan tersebut didoakan terlebih dahulu. Makanan yang diperebutkan tersebut nantinya tidak boleh dibuang karena sudah dipercaya dan didoakan akan membawa berkah.

Berbagai rangkaian kegiatan tersebut merupakan kegiatan pokok yang dilakukan pada tradisi sadranan. Tradisi sadranan juga biasa diselingi dengan kesenian seperti campur sari dan wayang. Selain bertujuan untuk mengirim doa kepada leluhur, tradisi sadranan ini juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar warga. Tradisi sadranan ini juga sebagai ajang untuk berkumpul para kerabat. Kerabat yang jauh tak jarang menyempatkan pulang untuk mengikuti tradisi ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar